Peranan Nusantara dalam Pelayaran dan Perdagangan Pada Masa Kuno di Indonesia

Pada saat abad VII-XV di tempat Nusantara telah terdapat sejumlah pusat perdagangan. Pusat perdagangan itu telah tumbuh karena adanya kemampuan, yaitu:
  1. memberi bekal berlayar dari satu tempat ke tempat lain,
  2. tempat beristirahat sambil memperbaiki kerusakan kapal,
  3. tempat menyimpan dan mengumpulkan barang-barang dagangan yang akan disebar ke berbagai daerah atau pulau.

Kegiatan hubungan dagang antara negeri di Nusantara dan negeri lain pertama kali dilakukan dengan India. Bukti-bukti yang menyatakan adanya hubungan itu terdapat pada Kitab Jataka dan Ramayana. Kitab Jataka menyebut nama Suwarnabhumi sebagai negeri emas yang berada di sebelah timur Teluk Benggala. Suwarnabhumi (negeri emas) yang dimaksud adalah Pulau Sumatera. Kitab Ramayana menyebut nama Yawadwipa dan Swarnadwipa. Yawadwipa (pulau padi) menunjuk Pulau Jawa, sedangkan Swamadwipa (pulau emas) mengarah kepada Pulau Sumatera.

Gambar relief pelayaran
Gambar relief pelayaran

Hubungan dagang Indonesia dengan Cina diperkirakan telah berkembang pada abad ke-5 dan 6. Bukti-bukti yang memperkuat hubungan itu di antaranya sebagai berikut:
  1. Sekitar tahun 413, Fa Hien dan Gunawarman melakukan perjalanan dari Srilanka ke Ye-Po-ti (Pulau Jawa) dan kemudian kembali ke Cina.
  2. Pada tahun 449 Kaisar Wen Ti di Cina mengirim utusan ke She-Po (Pulau Jawa).
  3. Berita dari Dinasti Chi Selatan (479-502) yang menerangkan adanya perdagangan sutera antara negerinya dengan pedagang-pedagang yang datang menumpang kapal Kun-lun (sebutan bagi bangsa-bangsa yang berasal dari Lautan Selatan).
  4. Pada tahun 430 datang utusan dari Ho-lo-tan di She-Po yang membawa kain dari India dan Ghandara.
  5. Beberapa kali di abad ke-5 dan 6 Kerajaan Kan-to-li mengirim utusan ke negeri Cina.

Hubungan Nusantara dalam Perdagangan di Masa Kuno

Hubungan perdagangan di Nusantara tidak sebatas dengan negeri-negeri di Asia. Dalam kitab Geographike Hyphegesis karya Cladius Ptolomaeus disebutkan kata Iabadiou, yang sama artinya dengan Yawadwipa atau Pulau Jewawut (Pulau Jawa). Penyebutan dalam kata itu memberi salah satu petunjuk bahwa negeri-negeri di Nusantara telah melangsungkan hubungan perdagangan dengan dunia barat.

Setelah abad ke-5, kegiatan perdagangan yang berkembang di Nusantara antara lain di daerah Sumatera Tengah, Sriwijaya, Majapahit, dan kerajaan-kerajaan lain. Sriwijaya sudah bisa menjalin hubungan perdagangan dengan Cina, India, Campa, dan juga Persia. Faktor yang mendorong kegiatan itu karena Sriwijaya berhasil menguasai Selat Malaka yang menjadi pintu gerbang lalu lintas pelayaran India-Cina.

Majapahit juga memiliki kota dagang Tuban dan Gresik. Kedua tempat ini menjadi gudang penyimpanan rempah-rempah dari Maluku dan barang-barang yang datang dari Pulau Kalimantan dan Sulawesi. Daerah-daerah di luar Pulau Jawa tidak perlu bersusah payah mencari bermacam barang yang dibutuhkan. Peranan Nusantara dalam kegiatan saat pelayaran dan perdagangan pada masa kuno adalah sebagai berikut:
  1. Indonesia menjadi salah satu pintu gerbang lalu lintas perdagangan dan pelayaran di Asia.
  2. Pusat-pusat perdagangan di Indonesia tampil menjadi pemasok barang komoditi bagi bangsa-bangsa di Asia, terutama rempah-rempah.
  3. Negara-negara di Nusantara mampu mengamankan wilayah perairannva, sehingga memberi jaminan keamanan kepada setiap bangsa yang mendatangi pusat-pusat perdagangan di Indonesia

0 Response to "Peranan Nusantara dalam Pelayaran dan Perdagangan Pada Masa Kuno di Indonesia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel